SURAT UNTUK TUHAN

Namaku adalah Ardiyansyah aku adalah seorang mahasiswa semester ahir di sebuah perguruan tinggi negeri Islam di Lampung. Sejak kecil aku hidup bersama nenekku disebuah rumah sederhana yang cukup jauh dari permukiman warga, ibu dan bapakku telah lama berpisah. Mereka berpisah sejak aku berumur enam tahun, saat itu aku belum mengerti apa-apa, yang kutahu hanya menangis dan menangis. Kedua orang tuaku berpisah karena permasalahan ekonomi, ayahku bekerja di Jakarta dan tak pernah pulang-pulang, begitupun juga ibuku, ia mencari nafkah di negeri orang tetapi sesekali ibuku pulang untuk melihatku. Aku bangga akan mereka, walaupun sering terbesit dihatiku sebuah rasa kekecewaan, dan kerinduan, untuk selalu berada didekat mereka, berada dalam pelukanya seperti anak-anak lainya.
         Sekarang aku telah berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP), kelas VIII A. Aku merasa semakin bertambah dewasa dan dewasa. Setelah sholat shubuh aku menyiapkan sejumlah dagangan kecil (Nasi Anggi, Pisang Goreng, Ketela Goreng, Bakwan, Tahu Bunting Dll), untuk dijajakan keliling kota Muaradua. Tak banyak keuntungan yang aku terima dari hasilku berjualan, dalam satu nampan keuntungan  yang aku proleh hanya sebesar Rp.5000, biasanya ketika sedang ramai / laris aku bisa menjual sebanyak dua nampan dagangan dalam satu pagi.
            Lantas, uang yang aku peroleh dari hasilku berjualan kusisihkan untuk membeli perlengkapan alat tulis, dan sisanya kutabungkan sebagai jaminan untuk melanjutkan pendidikan. Tetapi tak sampai disitu setelah pulang sekolah aku dan teman-temanku pergi kepasar mencari gudang-gudang kopi, yang baru bongkar muat, disana ada banyak biji kopi sisa bongkar muat yang terbuang. Perlahan tangan kecilku mengambil satu persatu biji kopi, mengumpulkanya hingga layak untuk dijual, tak banyak biji kopi yang berhasil aku kumpulkan dalam satu hari, kurang dari setengah kilo, tetapi kopi-kopi tersebut terus aku kumpulkan, hingga mencapai berat 1 Kg dan siap untuk dijual. 1 Kg kopi yang aku peroleh dari hasil memungut dihargai Rp.8000 saat itu tahun 2009, dan sebagian uang yang aku proleh dari usaha kerasku itu masuk dalam tabunganku, serta kusisakan Rp.2000 untuk uang jajanku dalam satu minggu.
Terkadang aku merasa iri melihat mereka, teman-temanku yang hidup bekecukupan,. Mereka cukup bilang minta untuk mendapatkan uang jajan, bahkan tanpa memintapun mereka sudah mendapatkanya. Seragam mereka rapi, putih, bersih, berbeda denganku saat itu yang hanya memiliki satu seragam, yang telah kusam dan kotor yang menemaniku hingga hari kelulusan. Hidupku mengalir seperti air mengikuti kemana ia akan membawanya dan terkadang air itu harus menghantam batu-batu besar ditepian sungai.
 Banyak diantara mereka mengejekku, Sebagai anak nenek, Si dekil, Pemulung, dan kata-kata aneh lainya, yang membuatku minder dengan yang lainya, aku merasa malu dengan hidup yang kujalani, “Seandainya saja kedua orang tuaku tidak berpisah, Seandainya saja aku dilahirkan dari mereka golongan orang-orang yang berkecukupan” “SEANDAINYA” kata-kata yang sering aku lontarkan, kata-kata yang sering aku pakai saat aku sedang berkeluh kesah.
            Semuanya berjalan, berlalu begitu saja tanpa kita sadari, hidup kita menjadi semakin tua, dan dewasa. Kini  aku telah berada di Madrasah Aliyah Negeri Muaradua kelas X 1. Aku bersekolah dari beasiswa yang aku terima sebagai siswa yang kurang mampu, dan sekarang aku telah memiliki usaha kecil-kecilan, yaitu: berjualan nasi uduk dan gorengan, yang aku titipkan di kantin sekolah.
         Beasiswa miskin yang aku terima hanya berlaku selama satu tahun, untuk tahun selanjutnya mengajukan kembali, tetapi ditahun kedua ini, aku tak ingin bersekolah hanya karena biaya dari beasiswa miskin yang aku terima,  akhirnya dengan sejumlah prestasi yang aku dapatkan ditahun pertama, aku mencoba untuk mengajukan beasiswa siswa berprestasi, dan Alhamduliah aku salah satu diantaranya, aku mendapat beasiswa sebagai siswa yang berpertasi ditahun keduaku, sejak saat itu aku semakin giat belajar, dan bekerja. Aku tahu masa depanku masih suci dan masa depanku tidak seburuk masa laluku. Sejumlah prestasi berhasil aku kumpulkan mulai dari perlombaan tingkat kabupaten / kota hingga tingkat propinsi
Akhirnya pada bulan Juni  2013 aku melepas seragam putih abu-abuku, aku lulus dari Madrasah Aliyah Negeri Muaradua dengan nilai yang memuaskan. Kini aku semakin dekat dengan masa depan yang aku impikan, beberapa bulan kedepan aku habiskan dengan bekerja sembari memikirkan, mencari, Universitas yang akan aku masuki. Aku mecoba mendaftarkan diri di kampus UNSRI (UNIVERSITAS SRIWIJAYA) dengan jurusan Hukum, karena jaraknya yang tak  terlalu jauh dari rumahku +- 6 Jam jika ditempuh dengan berkendaraan. Aku mencoba dengan jalur SMBPTN, banyak disana orang-orang yang berpestasi, orang-orang yang mempunyai itikad yang kuat, orang-orang yang cerdas, yang mereka adalah sainganku.
Lembaran soal berhasil kuselesaikan, sekarang tinggal menunggu hasil / pengumuman kelulusan pendaftaran SMBPTN UNSRI. Pada waktu pengumuman, tak kudapati namaku dalam lembar kelulusan, beberapa kali mataku sibuk mencari namaku tetapi benar adanya aku tak lulus di universitas ini. Tekadku tak sampai disitu, aku mencoba beberapa Universitas Negeri diantaranya, Universitas Andalas, Universitas Jakarta, tapi semuanya sama 0% . Seakan kesempatan ini semakin kecil, sejumlah pretasi yang aku kumpulkan seakan tak memberi peluang sedikitpun. Aku rasa aku harus menyerah dan mengehentikan pendidikan ini untuk satu tahun kedepan, uang yang aku kumpulkan beberapa bulan terahir hampir habis, hanya tersisa tabungan kecilku, tabungan yang aku kumpulkan sejak kelas 1 SMP.
        Satu minggu setelah itu, seakan tak ada lagi keinginan untuk melanjutkan pendidikan , aku hanya terdiam dan menghabiskan waktu dikamar. Nenek sering bertanya kepadaku “Kenapa ahir-ahir ini aku sering berada dirumah” walapun nenek adalah orang yang kolot yang ketinggal zaman yang tak mengerti apa-apa tapi ia tahu apa yang cucunya rasakan, ia tahu ada yang berbeda denganku ahir-ahir ini. Pagi itu aku menceritakan semuanya kepada nenek tentang hasil tes / ujian masuk kampus, iya hanya bilang “Aman adak masuk awu cuba lagi, apa sepok kampus sih baqih, aman adak to tulungin aku bekebun”dalam bahasa indonesianya: (Kalau tidak lulus ya coba lagi / cari kampus yang lain, Kalau nggak bantuin nenek berkebun.
Kata-kata coba lagi itu menginspirasiku, membuatku semakin giat belajar, dari pada harus berkebun lebih baik mecoba lagi, pikirku. Hampir disetiap malamku kuhabiskan untuk belajar, aku sadar apa yang aku miliki selama ini tidaklah cukup untuk menangkap masa depan diluar sana, masih banyak diluar sana orang-orang yang berperetasi, orang-orang yang bekerja keras lebih dari diriku.
      Setengah bulan telah berlalu, diluar sana hampir seluruh Universitas Negeri telah tutup pendaftaran, hanya tersisa dua kampus negeri yang masih membuka pendaftaran, yaitu: IAIN Raden Fatah, Palembang, dan IAIN Raden Intan, Lampung. IAIN Raden Fatah, Palembang akan tutup pendaftaran pada esok hari pada jam 17.00 dan IAIN Raden Intan, Lampung akan tutup pendaftaran pada dua hari kedepan. Dalam waktu yang singkat itu aku memutuskan untuk mendaftarkan diri di IAIN Raden Intan, Lampung. Segera kukumpulkan pakaian seperlunya dan pada pukul 18.20 aku berangkat menuju kota Bandar Lampung, dengan uang yang terbatas, dan sedikit tambahan dari tabunganku. Pukul 04.02 aku sampai di terminal Raja Basa Bandar Lampung, dan aku memilih beristirahat sejenak, sembari menghubungi sanak-saudara yang ada di Bandar Lampung.
          Pagi itu sekitar pukul 08.00 aku memasuki kampus hijau IAIN Raden Intan Lampung untuk mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa baru, ditemani keponakanku. Keesokan harinya aku mengiuti sejumlah tes yang diselenggarkan kampus.
Dua minggu kemudian aku masih di Bandar Lampung ditempat saudaraku menanti pengumuman kelulusan mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung 2012. Lewat surat kabar pagi ini (Lampung Post), “Pengumuman Jalur Mandiri Iain Raden Intan Lampung” tak satupun namaku kudapati dalam lembar kelulusan itu, berkali-kali aku membaca ulang, tapi benar tak ada satupun namaku disana. Hingga!! Tertera sebuah nama di No 298 “Ardiyansyah, Pendidikan Agama Islam, Asal Muaradua”. Akhirnya aku lulus ujian masuk IAIN Raden Intan Lampung!, tapi ini, bukan jurusan yang aku ambil pada awalnya. Awalnya aku mengambil jurusan Pendidikan Biologi, dan Pendidikan Agama Islam adalah pilihan keduaku. Tapi aku bersyukur atas semua ini, mungkin ini adalah salah satu cara Allah untuk  mendekatkan diriku padanya, yaitu: dengan memasukanku ke jurusan Pendidikan Agama Islam. Mungkin aku sekarang tersesat (salah memasuki jurusan), Tersesat di jalan yang benar :v.
      Tiga bulan setelah hari itu, aku mulai terbiasa dengan lingkungan yang baru, aku mulai menemukan teman-teman baru, aku mulai asik mengikuti semua jalan hidupku. Aku masuk di kelas D Pendidikan Agama Islam angkatan 2012, disanalah aku mulai mengenal, Apa itu arti belajar dan mengajar, Apa itu arti pembelajaran dalam islam, Apa itu Tasawuf dan Apa itu Filasapat. Semuanya mengajarkanku untuk lebih dekat kepada sang pencipta (Allah SWT).
           Tanpa terasa waktupun terus berlalu, sekarang aku berada di semester ahir, tepatnya semester 8 delapan, beberapa tahapan telah aku lalui, beberapa semester telah terlewati, KKN, KKL hingga Skripsi semuanya telah kujalani. Skripsi hampir selesai kukerjakan, hanya BAB IV dan V yang berisi yang tengah dalam tahap proses.
Tapi! hari itu aku benar-benar kacau dibuatnya, tasku yang berisi Laptop, Laporan-laporan, Flasdisk yang berisi file-file skripsi dll, lenyap seketika. Kejadian itu terjadi di travel yang kunaiki ketika pulang ke Bandar Lampung dari kampung halamanku, kejadian itu terjadi karena kecerobohanku, aku melupakan tasku pada waktu turun dari travel. Beberapa kali aku menelpon pihak agen travel tapi mereka tidak menemukan tas milikku, akhirnya aku pergi ke loket travel tersebut untuk memastikan semuanya, sesampainya disana ternyata benar adanya tak kudapati tasku disana, mungkin salah seorang penumpang telah turun dan membawa tasku.
         Entah apa yang menimpaku hari itu! Apakah ini sebuah ujian? Atau sebuah peringatan bagi diriku?, yang kutahu diriku merasa lelah, lemah dan bosan dengan semua ini. Satu hari penuh aku terus memikirkan hal itu, memikirkan tanggal wisudaku 3 tiga bulan yang akan datang. Apakah aku bisa wisuda tepat pada waktunya, bersama mereka teman-temanku lainya?.

DEAR ALLAH

             Andai hidupku sama seperti mereka, mereka yang hidup dalam kemewahan, mereka yang hidup dalam kemegahan. Mungkin aku tidak akan seperti ini. Sejak kecil aku telah hidup tanpa kehadiran mereka, kedua malaikatku. Mereka ada tapi mereka tidak dapat memelukku, melidungiku dengan kedua sayapnya, bahkan sepertinya mereka enggan untuk memeluk tubuhku yang mungil ini.
Aku tak meyalahkan siapapun, aku tak menyalahkan takdir yang membawaku, aku tak menyalahkan dunia yang merenggut kedua malaikatku, aku tak menyalahkan keadaan, atau masalah yang menimpaku, Tapi aku harap kau mendengar semua do’aku, walaupun semua yang kuinginkan tak terkabul, aku harap engkau mengerti dengan keadaanku, aku harap kau meringankan semua bebanku, memantapkan hatiku, menguatkan tubuhku saat aku merasa lemah, menopangku saat ku terjatuh, menghiburku saat aku bersedih, mengusap pundakku saat ku menangis.
Tuhan! Kini aku telah dewasa, aku telah terbiasa dengan semua masalah-masalah yang kau berikan, hatiku telah kuat dan menebal dengan semua ujian yang kau berikan, tapi hari ini aku merasa lelah hatiku menjadi lemah. Hari ini aku kehilangan sesuatu yang menurutku begitu penting untuk masa depanku (Skripsi), Apakah 3 tiga bulan yang akan datang aku bisa berada diatas panggung kelulusan atau menunda sejenak kelulusanku. Tuhan jika semua yang hilang baik untukku, maka kembalikanlah semua yang hilang itu. Jika semua yang hilang itu tidak baik untukku, maka gantikanlah dengan yang lebih baik, dan kuatkanlah hatiku untuk saat ini dan nanti.
Satu lagi Tuhan! Aku Ingin Kau Mempertemukan ku Kembali dengan Kedua Malaikat Pelindungku!!, Walaupun Itu untuk Suatu Saat Nanti!!!

Seusai sholat Isya, aku mencoba menghubungi beberapa sahabatku yang mungkin menyimpan file skripsiku, dua orang dari sahabatku menyimpan file skripsiku, tapi itu hanya BAB I, mereka menyimpanya karena dahulu mereka pernah meminta file BAB I ku untuk contoh proposal pengajuan judul mereka.
Lembaran kertas tak beraturan dikamarku, masih kucari file-file yang mungkin berkaitan dengan skripsiku, akhirnya aku menemukan lembaran proposal pengajuan judul yang berisi BAB I hingga BAB III. Hanya itu yang tersisa diantara file-file yang aku butuhkan, tapi ini lebih dari cukup bagiku. Sepertinya aku menemukan harapan baru untuk wisuda tepat pada waktunya!!
Keesokan harinya aku menemui ibu Siti Nurakhama M.Pd.I selaku pembimbing 2 skripisiku, disana aku menceritakan masalah yang aku hadapi, ia turut bersduka cita atas apa yang aku alami, tetapi ia tidak bisa membantu lebih (hanya sebatas pembimbing), mungkin dengan aku menceritakan masalah ini, ia akan sedikit mempermudah jalanku, pikirku.
Setelah keluar dari dalam ruangan, aku merasa sedikit berbeda, aku merasa menemukan jawaban dari masalah yang aku alami, selain itu aku dapat sedikit pencerahan darinya, nasehat dan juga ceritanya telah menginspirasiku, memberikanku semangat serta harapan baru bagi diriku.
       Sejak saat itu aku mulai kembali menyelesaikan tugas ahirku, lembar perlembar, halaman perhalaman mulai kuselesaikan. Hingga pada waktunya (hari kelulusan / wisuda), 23 April 2016 hari yang dinanti-nanti oleh mahasiswa angkatan 2012, hari bahagia bagi seluruh mahasiswa, hari dimana kebahagian menyatu bersama kerinduan (bertemu orang tua), hari dimana senyum-senyum hangat menyapa, hari dimana melempar toga bersama. Terlihat senyum indah diwajah sahabat-sahabatku, begitupun denganku saat ini aku merasa bahagia, sangat, bersama mereka. Mereka lebih dewasa dariku dan merekalah yang banyak mengispirasiku, hingga hari ini mereka telah mendahuluiku dalam upacara kelulusan.

“Aku Harus Menunda Wisudaku Hari Ini Untuk Waktu Yang Akan Datang”


Pesan Untuk  Sahabat

Masalah adalah suatu cara Allah untuk mendekatkan seorang hamba kepadanya, setiap insan yang hidup didunia akan diikuti dengan berbagai masalah, dan masa lalu , masa lalu bukanlah  hal yang harus dilupakan, tapi masa lalu adalah untuk dikenang. Jadikanlah masalahmu sebagai pembelajaran untuk menggapai masa depanmu dan jadikanlah masa lalumu sebagai cermin untuk menilai dirimu, melihat harapan yang telah kau capai.
Takdir! Setiap manusia hidup dengan takdirnya masing-masing, susah, senang, sedih, sengsara, bahagia, kaya, mati, dan jodoh, semuanya telah dituliskan oleh Allah SWT dan tak satupun mahluk yang dapat mengubahnya atau menundanya, termasuk masalah yang kita hadapai saat ini, itu juga merupakan bagian dari takdir, teruslah bersabar dalam menghadapi permasalahan hidup, karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, karena setiap masalah datang dari Allah, dan jalan keluarnya berasal dari Allah. Dan jadikanlah perjalanan hidupmu sebagai kisah yang dapat dikenang dengan semua lika-liku yang kau hadapi sebagai kalimat indah dalam ceritamu.
Sahabat! jika masalah datang menghampirimu dan membuatmu menjadi lemah percayalah Allah akan menguatkanmu, katakanlah masalah kau tak lebih besar dari sebutir pasir dalam genggaman, katakanlah sesungguhnya tuhanku lebih besar dari padamu, dan tuhankulah yang memberikanmu sebagai ujian untuk meningkatkan derajatku.
Sejatinya manusia hidup dalam lingkaran masalah, tinggal bagaimana cara manusia itu menyikapinya, memandangnya dari sisi yang berbeda hingga terlahirlah sebuah kebahagian.
Hidup adalah petualangan, mengukir sejarah atau dihapuskan sejarah. Hidup hanya satu kali, masalah datang berkali-kali ciptakan hidupmu dalam lingkaran sejarah yang tak akan dihapuskan dunia, katakan dalam hatimu masalah sesungguhnya tuhanku lebih besar dari padamu!!

LIFE A JOURNEY
~ CIPTAKAN SEJARAH, GAPAI HARAPAN DAN MIMPIMU ~