Heningan malam yang terus mengelapkan hati ini, hebusan angin kecil menyapu halus dipundaku berjalan sendiri didalam kesunyian yang tak ada arti. Ada dimana sebuah dunia yang tak dapat dimiliki seorang yang berdosa besar.
Seorang bajak laut mengarungi samudera menembus cakrawala membuka dunia baru, tetesan air mata tak dapat terbendung mengujani kemeja putih yang mereka (penduduk pulau) kenakan, putih menyala ditengah malam hari ditepian pulau, kemeja itu seolah memberi tahu rasa sedih yang tak tersampaikan, sebuah emosi yang sulit diungkapkan, menghentak didada mereka, menyisakan air mata yang mengalir diwajah mereka, perasaanan haru, benci, sayang, yang tak dapat diungkapkan.
Lambaian tangan itu seolah semakin menjauh-jauh-jauh-jauh-jauh, hilang bersamaan kapal kayu tua dengan beberapa anak buah kapal. Sebuah pelajaran baru yang didapat penduduk pulau, tak ada satupun manusia yang dapat dibenci, tak ada satupun manusia yang tak memiliki cinta dan kasih sayang. Penolakan, pemberontakan yang terjadi dipulau itu kini telah berubah menjadi sebuah drama kehidupan yang menyenangkan.
Hari itu bajak laut meninggalkan pulau kecil yang telah mereka bangun, ia memutuskan untuk pergi mengarungi samudra, hingga di kejauhan sana ia melihat beberapa cahaya terang dengan letusan kembang api dibalik gunung besar ditengah lautan. Cahaya itu menyilaukan matanya, ia mengangkat tangannya dan ingin mengengamnya dari kejauhan. topi bulat itu ia putarkan kebelakang, seisi kapal bersiap untuk pergi kepulau itu, dengan keyakinan yang kuat ia akan mendapatkan pulau indah itu. bersama dengan bubuk mesiu yang selalu terisi penuh didalam meriam, beberapa bom siap dilemparkan.
Penduduknya ramai dengan sebuah keceriaan yang terpancar dari senyuman, mereka sedang berpesta untuk menyambut kedatangan sang bajak laut. Betapa terharunya mereka (para bajak laut) saat semua itu hanya untuk kedatangan mereka, beberapa bom diturunkan kembali, senjata berbaris panjang diturunkan kembali, layar ditutup kembali. Perasaan yang berubah sesaat menjadi kacau membongkar emosi yang terpendam dalam diri. Bahkanseorang bajak laut yang terkenal kejam meneteskan air mata saat menyaksikan semua itu, tak banyak yang dapat mereka lakukan, hanya terdiam heran, apa yang sebenarnya terjadi.
Sebelumnya penduduk pulau indah itu telah mendengar berita tentang bajak laut baik yang mengarungi samudra mengenakan bendera pedang dan bunga yang mengelilinginya, mereka sadar bahwa bajak laut tersebut itu akan lalu dipulau mereka, untuk itulah semuanya mereka berikan.
Satu bulan kemudian saat kapten bajak laut dan para anak buahnya jatuh cinta dengan pulau tersebut. Pembangunan berjalan dengan pesat menjadikan pulau tersebut sebagai kawasan metropolitan saat semua orang dipulau lain jatuh cinta dengan pulau itu. Saat penduduk pulau tidak bisa menerima lagi kedatangan para bajak laut, beberapa celaan dikalangan warga terdengar bias ditelinga sang kapten, mereka menuntut para bajak laut untuk pergi meninggalkan pulau itu, beberapa mulut sumbang mengatakan mereka hanyalah sekumpulan orang-orang dengan sejuta kekerasan, mereka merupakan Aif bagi pulau, mereka merupakan drakula dimalam hari yang memangsa gadis yang bersolek, saat semuanya mengalami kemajuan mereka akan megambil alih pulau ini, itulah ucapan sombong yang mereka lontarkan (penduduk desa). Mereka tak dapat lagi menerima, merasakan sebuah hasil karya peradaban dari seorang bajak laut.
Disuatu malam yang dingin diatas batu besar diatas puncak gunung pulau, matanya terpejam sejenak, menghirup udara dingin yang masuk ketubuh ini, lampu-lampu jalanan bersinar dengan kehangatan, berkelap-kelip setiap detik, dibawah sana beberapa pusat hiburan buka setiap malamnya memberikan kepuasan bagi penduduk pulau. Sebuah rencana yang selalu ia (kapten bajak laut) inginkan, rencana yang ia rancang saat pertama kali datang kepulau itu, rencana yang selalu ia minta kepada sang pencipta, 4 tahun kemudian setelah ia meninggalkan pulau itu untuk mencari ilmu dan pengalaman dalam berlayar, ia akan kembali kepulai itu membangun pulau itu dengan setiap tetesan keringatnya dan tinggal disana, mempunyai keluarga kecil didalamnya.
Tapi ucapan sombong yang terdengar ahir-ahir ini, membuat ia ragu untuk melanjutkan rancangan tersebut, ketidak nyamanan penduduk pulau membuat hatinya gelisah kehilangan arah ia tak tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Naluri membunuh telah hilang didalam dirinya menyisakan rasa cinta yang abadi. Saat semua hening seketika malam itu terasa panjang, angin kecil berhembus disela lehernya menyisakan dingin yang menyakitkan. Ia terdiam dengan tangan memegang dagu dan hidungnya. Sejenak kemudian angin itu berhebus dengan lebutnya menyisir seluruh tubuhnya, ia terjatuh kebawah, tubuhnya berguling-guling tersangkut disebuah pohon, ia diam kaku dengan nafas yang terhenti dengan tubuh yang dingin, dan seyuman indah diwajahnya.
Kisah bajak laut itu hilang seiring perputaran waktu, sejarahnya menghilang seiring ombak yang berlalu, ia telah dilupakan dari hati mereka, anak cucu mereka (penduduk pulau) tak pernah mengetahui siapa sebenarnya mereka. Mereka yang berjuang untuk mencintai dan terbuang itulah mereka para bajak laut yang menghilang.
Dalam kehidupan ini adakalanya kita belajar merasa, mencinta, terjatuh, terkena lumpur, berjuang untuk yang diinginkan, tapi adakalanya mereka merasa tidak nyaman tentang kehadiran kita, disanalah kita harus menentukan arah, arah mana kita akan melangkah, ambil satu langkah dan berjuang didalamnya, jangan menunggu waktu yang berlalu, karna bajak laut tak suka dengan sikap itu.