Kesepian ini datang lagi, membungkam
semua kata-kataku perlahan mengiris hatiku, merasakan sedihnya yang teramat
menyakitkan, hidup dalam kesendirian tak ada tempat untuk meminta, tak ada
tempat untuk bergembira, disaat semuanya sirna pergi menjauh menyisakan tubuhku
yang tertunduk malu kepadamu.
Kesepian, kesepian yang kurasakan
saat ini, merasa selalu diasingkan, merasa selalu di bedakan, adanya tembok
besar untuk pergi kearahmu padahal aku sangat menginginkan hal itu, apakah aku
bisa mengatam tembok itu dengan gengaman tanganku yang lemah ini?, tentu tak
mungkin bagiku, aku hanya seorang mahluk ciptaanmu yang sangat lemah yang
terlena akan dunia yang kau ciptakan.
Aku berusaha menciptakan dunia ku sendiri,
dimana aku bisa bersantai didalamnya, mengingat moment yang telah lalu,
menghabiskan waktu yang tersisa. Semakin lama aku semakin enggan kembali
kepadanya (duniaku), semakin enggan untuk merasa kesepian, semakin enggan untuk
diasingkan, semakin enggan untuk hidup sendiri. Kini aku terjebak didalam dunia
yang kuciptakan yang kuhayalkan, dunia yang hening, gelap, sunyi, tak ada
deringan telpon di pagi hari, tak ada suara dari mereka orang-orang yang
kusayangi, aku terjebak didalamnya dan tak bisa kembali, beberapa kali aku
keluar dari dalam sana, dan kembali lagi kesana, untuk beristirahat sejenak
tetapi aku merasa asik didalam sana dan enggan untuk keluar kembali, hingga aku
benar-benar merasa kesepian.
Permainan kata-kata yang sering aku
mainkan saat aku merasa kesepian tak dapat mengungkapkan apa yang kurasakan
saat ini. Beberapa kali mulutku berucap kasar menyakiti hati mereka, beberapa
kali perkataanku menyisakan bekas luka dihati mereka, hingga mereka enggan
bangkit kembali. Aku merasa tak berharga. Aku merasa menjadi hambamu yang
berdosa, yang selalu dihantui rasa takut, rasa takut saat semuanya akan sirna.
Kesepian ini selalu menganggu saat
tidurku, saat tubuh ini lemah dengan aktivitasnya, pikiran yang bimbang,
perasaanku terombang-ambing, tak tahu apa yang harus aku lakukan agar aku bisa terlelap
tertelan gelapnya malam. Sudah satu minggu terahir aku selalu merasa seperti
ini, merasakan sedihnya kehidupan, hidup seperti sampah, aku mencoba untuk
membunuh perasaan itu, tetapi aku tertikam belatinya tepat dibelakang
punggungku dan membekas sampai saat ini.
Gelapnya ruangan ini mengajaku untuk
berhayal dalam kesedihan, aku tahu 4 hari kedepan aku akan merasakan kesedihan
yang mendalam, dimana semua orang akan meninggalkanku, dimana aku sendiri
terdiam diruangan ini hilang bersama tangisanku, aku takut dengan apa yang
kupikirkan aku takut semua itu akan terjadi, aku berharap tuhan akan selalu
menjaga perasaanku, membiarkanku merasakan kesenangan sesaat hingga batas waktu
yang telah ia tentutukan.
Wajahku terlihat murung, hidungku
terasa tersumbat, perlahan air mata ini membasahi tulisanku, 3 kali meteskan
air mata dalam satu minggu, itu bukan hal mudah bagiku untuk melupakannya, aku
hanya menulis sedikit dari apa yang kurasakan, tak dapat mengungkapkan
semuanya, masalah ini semakin berat dan berat terlalu sepi untuk di tangisi,
terlalu singkat untuk disesali.
Mungkin tuhan saat ini sangat
menyayangiku hingga ia membiarkanku berlarut-larut dalam kesepian, agar aku
mengerti perasaan orang-orang yang pernah kusakiti, agar aku kuat dan tegar
saat mereka yang kusayangi pergi dari kehidupan ini, atau mungkin tuhan sedang
memberiku sebuah pelajaran untuk menuju
proses kedewasaan, aku berharap kita berada didalam dekapannya, disehatkan
selalu, diberi umur yang panjang, hingga waktu itu tiba, disaat aku bisa
mencurahkan semua beban yang kualami, aku hanya merindukan kasih sayang mereka
tak lebih dari itu.
Tetapi bagimana itu bisa terjadi (saat semua do'aku terkabul),
sedangkan sat ini aku hanya terdiam dan berkhayal, aku selalu mengihiatinya,
berbohong kepadanya, memberikan janji palsu kepadanya, apakah tuhan akan
mengabulkanya?, ayat-ayatnya selalu kubaca tetapi aku tak memahami maksudnya,
amalanya selalu kukerjakan tetapi aku selalu berkhianat dalam perbuatanku,
bahkan diriku sendiri telah kukhianati, saat aku hidup dalam kepalsuan bersikap
layaknya laki-laki dewasa, padahal bukan itu yang kuinginkan. Ya aku adalah
pengkhianat setidaknya bagi diriku sendiri.
Dulunya sang pencipta pernah
menanamkan sebuah benih dihatiku, benih itu selalu kurawat, kusiram disetiap
paginya, kubiarkan sinar mentari pagi menyinarinya, tetapi ahir-ahir ini aku
merasa bosan untuk merawatnya, hingga benih itu tumbuh besar menjadi pohon
berduri yang tumbuh dalam kegelapan, durinya menusuk-nusuk didalam hatiku,
menimbulkan sikap iri, dengki, dan sombong, dan membuatku kehilangan arah, dan
mengkhianati semua yang ada disekitarku. Andaikan tuhan menanamkan benih itu
untuk kedua kalinya, akan kuusahakan untuk merawatnya dengan sungguh-sungguh,
akan kulawan rasa malasku dengan ibadahku kepadamu, sehingga kudapati sebuah
bunga yang mekar dipagi hari.
Hariku hariku semakin tak berarti
semua yang kujalani seolah kosong, agenda yang telah kupersiapkan 3 tahun yang
lalu seolah terasa usang ditahun ini, aku berharap tuhan memberikanku agenda
yang baru dimana sebuah keceriaan ada didalamnya, semangatku menggebu seperti
kereta yang meninggalkan stasiun, kreativitasku berkembang menghatam kerasnya
karang ditenah lautan, dan ia memberikanku teman yang dapat menghangatkan
hatiku yang kedinginan, dapat menghiburku dikala sepiku, dan dapat membawaku
kembali dari dunia yang kuciptakan.
Aku menyesal telah menciptakan dunia
kesepian, aku menyesal telah menyakiti hati mereka, aku menyesal telah menghianati
diriku sendiri, dan aku menyesal telah menghianati penciptaku, hal yang paling
aku takuti dalam hidup ini adalah saat aku tak bisa merasakan kenikmatan dalam
beribadah, saat sang pencipta malas untuk menemaniku didalam kesepian ini. Jika
diberikan kesempatan untuk kembali, aku akan kembali dengan sejuta kehangatan
dan senyuman secerah langit dipagi hari.
Maafkan aku atas kesalahanku selama
ini, maafkan kesalahanku yang tak bisa diungkapkan ini, aku hanya ingin tidur
lelap dimalam ini tanpa rasa kesepian itu, aku hanya ingin bersama kalian
walaupun itu hanya dalam sebuah khayalan, dan aku hanya ingin menjadi lebih
berarti dimata kalian, walaupun rasanya tak mungkin, setidaknya kalian
membiarkanku bahagia hingga hari penciptaanku, dan hari yang telah ditentukan.
Aku
hanya ingin bersama kalian TEMAN, MATTEITA YO (Aku Menunggu)
0 Response to "MATTEITA YO (AKU MENUNGGU)"
Posting Komentar